Selasa, 20 Maret 2012

GELIAT (KOTA) BANGKALAN-KU



Bagi saya, Bangkalan seakan terbangun dari tidurnya menjelang dibangunnya Jembatan Suramadu. Bangkalan kemudian terlihat sibuk bersolek mempercantik diri seakan tersadar bahwa selama ini Bangkalan sudah tertinggal jauh dengan kota-kota lainnya.

Geliat Kota Bangkalan, dimulai dengan pemasangan lampu jalan disepanjang kota dan di jalan-jalan utama kecamatan yang mengelilingi Kota Bangkalan. Gebrakan ini banyak mendapat sorotan dari masyarakat Bangkalan, seperti untuk apa diberi lampu sebanyak itu, kan boros listrik, percuma, proyek asal saja, dan lain-lain. Namun kemudian setelah lampu-lampu kota itu berfungsi dan di suatu hari lampu kota itu padam (mati lampu), maka masyarakat merasakan efeknya, lo, gelap sekali ya bangkalan, kok ga idup-idup??. Waduh, bagaimana ini??

Langkah kedua yang dilakukan adalah pembangunan jalan akses masuk Bangkalan menjadi dua ruas jalan dan pengadaan trafick light di hampir setiap pertigaan atau perempatan jalan kota Bangkalan. Berdirinya traffick light ini memang bisa mengatur lajunya lalu lintas kota, namun pada beberapa titik malah menciptakan kemacetan baru. Namun setidaknya, ini memberikan nuansa “kota” di Bangkalan. Bukankan Kota identik dengan macet?

Selanjutnya Alun-alun Kota Bangkalan diberi pagar pembatas yang gagah dan Rehab Jembatan dengan gaya sedikit klasik di sepanjang Kota Bangkalan., ini juga memberikan penilaian miring dimata masyarakat. Untuk apa alun aluan diberi pagar, kan jadi susah kalau mau masuk ke alun-alun. Untuk apa jembatan tidak rusak kok direhab?. Dan beberapa tahun kemudian, Bangkalan sering menjadi sorotan media setelah Jembatan Suramadu selesai, dan Pagar Alun-Alun kota Bangkalan selalu menjadi Ikon pembuka di hampir setiap penayangan berita tentang Bangkalan.



Agenda Pembangunan selanjutnya adalah pemindahan Pasar Baru Bangkalan dari pusat Kota ke daerah pinggir Kota. Agenda ini mengakibatkan kehebohan besar di masyarakat. Hingga saat ini efektifitas pemindahan masih dipertanyakan, namun, setidaknya pemindahan Pasar ke daerah pinggir kota sudah sesuai dengan konsep dari sebuah Kota. Artinya bangkalan ini sudah siap menjadi sebuah Kota, bukan Kabupaten Lagi.

Kemudian solek Bangkalan mengarah ke area peribadatan. Masjid Agung (dulu Masjid Jamik) direhap menjadi masjid yang cantik, begitu juga pada Masjid Syachona Kholil di Pemakaman Syachona Kholil , masjid tersebut juga dirombak total menjadi masjid yang cantik dengan sedikit beraroma kearab-araban. Mungkin ini sebagai konsekuensi dari sebutan bahwa Bangkalan adalah kota Santri. 

Masjid Agung Bangkalan
Tempat Hiburan juga tidak luput dari agenda 'pengkotaan' Bangkalan dimulai dengan pembangunan TRK (Taman Rekreasi Kota) berupa taman bermain air dan kolam renang sehingga masyarakat Bangkalan tidak perlu ke Surabaya lagi untuk urusan berenang. selain itu, Bangkalan juga membangun stadion yang ciamik, standar  nasional, dimana stadion yang bernama Stadion Gelora Bangkalan ini menjadi kebanggan masyarakat bangkalan. beberapa kali telah masuk di acara live televisi. namun sayangnya, Bangkalan malah belum punya kesebelasan (klub sepakbola ) kebanggan milik sendiri.     

Stadion Gelora Bangkalan
Selain itu pihak swasta juga berperan dalam rangka mempercantik Bangkalan, seperti menjamurnya mini market (Alfa Mart, Indomart, Family Mart dll), kemudian bertaburnya rumah makan dengan menu  (rata-rata) andalannya adalah bebek. Bahkan di pusat kota (alun-alun) terdapat PUMARA (Pusat Makanan Rakyat) berupa gabungan dari PKL-PKL yang dulunya tersebar kini oleh pemerintah digabung dalam satu titik. sepertinya PUMARA bertujuan agar masyarakat lebih mudah dalam memilih makanan, dalam prakteknya masyarakat memang lebih mudah karena dalam satu tempat bisa memilih makanan sesuai selera. awalnya, kebijakan ini banyak diprotes oleh pedagang sendiri, karena omsetnya berkurang. namun seiring waktu PKL PUMARA tetap aja berjualan disana. ini seakan membuktikan bahwa roda ekonomi di PUMARA tetap berjalan.

Suasana PUMARA

Pemanis terakhir adalah pembangunan taman di titik-titik strategis yang menghasilkan kota Bangkalan menjadi cantik, walaupun dibeberapa titik taman tersebut malah dijadikan lokasi ‘ngetem’ para tukang becak.

Terlepas dari kontroversi yang tercipta dari pembangunan Bangkalan, bagi saya Bangkalan akan terus melangkah ke depan menjelma menjadi Kota seperti Kota – Kota lainnya


Permak Jembatan


Suasana Kota
Suasana Kota


Selasa, 21 Februari 2012

WARUNG KOPI HONA (BUKAN PROMOSI)

Warung Kopi Hona (bukan promosi)

Tak kenal maka tak sayang, belum tahu Warung Kopi Hona maka (boleh dikatakan) belum tahu Kota Bangkalan.

Suasana Warung Kopi Hona
Warung Hona persis terletak di tengah-tengah kota Bangkalan, tepatnya di samping Alun-Alun Kota, di ujung Jalan Veteran. Seperti warung Kopi lainnya Warung Kopi Hona menyediakan minuman dan makanan sederhana yaitu kopi, the, susu, minuman bersoda, dan mie yang digoreng atau direbus sebagai pengganjal perut. Walau begitu, Warung Kopi Hona terasa spesial bagi kebanyakan masyarakat Kota (terutama para pelanggan). Berikut beberapa penjelasan kenapa Warung 
Kopi Hona terasa begitu spesial di mata masyarakat Kota:



1.    Letak warung yang begitu strategis, pas di tengah kota. Dan Warung Kopi Hona termasuk bagian dari segelintir warung pinggir jalan yang selamat dari acara pemindahan tempat berjualan

2.      Hona-nya sendiri. Pemilik warung kopi Hona yang bernama Hona (nama panjangnya saya belum tahu) itu selalu memanjakan para pelanggannya, sehingga setiap pelanggan yang datang seakan-akan sudah kenal sama Hona selama bertahun-tahun. Selain itu Hona akan selalu tertawa atas joke-joke para pelanggannya meskipun guyonannya itu garing.


3.      Kapasitas duduk yang terluas. Warung Kopi Hona dalam satu waktu yang bersamaan bisa menampung pelanggan hingga ratusan orang, karena Warung Kopi Hona menerapkan sistem duduk lesehan (menggunakan tikar, dimana satu tikar mempunyai kapasitas 8 orang) yang disebar di sepanjang trotoar jalan Veteran. Karena kapasitas duduk yang hampir tak terbatas itu, para pelanggan bisa menikmati makanan atau minuman dengan tenang tanpa khawatir diusir oleh si pemilik warung.

Kapasitas duduk tak terbatas


4.   Tongkrongan dari berbagai elemen masyarakat. Mulai dari Tukang sampah, tukang     becak, seniman, PNS, Takmir Masjid, Anggota DPRD, LSM, Pengangguran, Pegawai swasta, dan komunitas/group (seperti Komunitas Mio Bangkalan, Komunitas sepeda motor Tiger, Komunitas Scuba Bangkalan dll), bahkan orang gila pun betah nongkrong di Warung Kopi Hona.



5.      Jam Buka(pelayanan) Warung yang lama. Warung Kopi Hona buka dari  jam 15.30 sore hingga sekitar jam 03.00 menjelang subuh. Jam buka yang hingga melewati tengah malam ini mempunyai daya magnet tersendiri, sebab toko atau warung di Kota Bangkalan biasanya beroperasi hingga jam 10.00 malam saja

6.      Menu yang membuat kecanduan. Yang pertama tentu kopi Hona-nya, alkisah Hona membeli sendiri biji-biji kopi ke langganannya di pasar induk Bangkalan, kemudian Hona akan menyangrai sendiri biji-biji (mungkin dengan sedikit jampi-jampi) sehingga nantinya Kopi hona mempunyai rasa yang khas yang menjadikannya berbeda dengan rasa kopi pada warung – warung lainnya (seakan berlemak dan sedikit kental, ada juga yang mengatakan seperti mempunyai aroma coklat). Yang kedua adalah nasi putih, lauk ikan teri plus telor mata sapi dan sambel terasi pedas cap Hona. Menu ini sangat jarang ada (termasuk pada warung makanan) karena menunya terlalu sederhana, namun kesederhanaan itulah yang membuat menu ini menjadi special.

Menikmati menu favorit
  
 Mungkin kita semua sudah tahu warung –warung yang sudah menjadi “legenda” di Bangkalan, seperti, Warung Amboina, Warung Ny. Lete’, dan Warung Soto Madura. Dan bagi saya, Warung Kopi Hona telah menjelma menjadi “Calon Warung kopi Legenda” di Kota Bangkalan.
     So, Belum Kenal Hona? Maka…



Hona, salah satu calon legenda Bangkalan


Senin, 06 Februari 2012

BANGKALAN IS KOTA SALAK ?






Kota-kota di Indonesia mempunyai nama “alias’ atau julukan yang biasanya berdasarkan kondisi alam, atau sesuatu (ciri khas) yang dimilikinya. Seperti Bogor Kota Hujan karena memang Kotanya sering Hujan, Malang Kota Apel karena wilayahnya banyak menghasilkan apel, dan Yogyakarta Kota Gudek, karena Gudeg merupakan makanan khas Yogyakarta.
Kota Bangkalan (sebenarnya masih level Kabupaten) juga mempunyai julukan yaitu Kota Salak.

Dikatakan kota Salak karena di daerah Bangkalan banyak menghasilkan salak. Salak Bangkalan sendiri mempunyai banyak jenis, seperti salak se-nase’, salak panjalin, salak kerbuy, dan lainnya yang setiap jenis salak tersebut mempunyai cita rasa yang khas, dan  kemudian oleh pemerintah daerah di ‘varietas’kan dengan nama Salak Kramat Bangkalan. Mungkin, karena keragaman salak yang dimiliki oleh bangkalan itulah sehingga Bangkalan disebut Kota Salak
Selesainya pembangunan Jembatan Suramadu antara Surabaya dan Bangkalan Kota Salak menyisakan cerita tersendiri. Pemberitaan yang menyatakan Jembatan Suramadu sebagai jembatan terpanjang se-Asia Tenggara dan keindahan jembatan itu sendiri membuat datangnya wisatawan lokal (bahkan inter lokal) secara kontinyu sehingga Madura khususnya Bangkalan menjadi “ramai” oleh wisatawan suramadu. Dan Hal Ini menciptakan permasalahan tersendiri
Yang pertama adalah pesatnya pembangunan di Kota Bangkalan dan wilayah “kaki” Suramadu. Hal ini menciptakan dilematika tersendiri, yaitu semakin berkurangnya luas lahan salak karena area salak tersebut telah disulap menjadi area perumahan atau pertokoan.
Yang kedua, obyek wisata yang berpotensi di Bangkalan selain suramadu itu sendiri adalah Makam Ulama (Wali) Syaichona Kholil (wisata religi), setelah itu bisa dikatakan tidak ada. Akibatnya,seakan akan terjadi kebingunan di benak wisatawan, setelah berwisata ke Suramadu terus kemana?.
Kemudian muncullah jawaban atas pertanyaan diatas, yaitu dengan tiba-tibanya bermunculan warung makan/Restauran/Depot (terutama di wilayah kaki suramadu). Dan terciptalah obyek wisata baru di Bangkalan yaitu Wisata Kuliner. Awalnya disebabkan oleh terkenalnnya sebuah warung dengan nama Sinjay yaitu warung yang menjual Nasi bebek dengan sambel pencit (mangga muda) yang membuat lidah penikmatnya akan merekomendasikan ke rekan, teman, sahabat, dan tetangga-tetangganya untuk mencoba nikmatnya nasi bebek di warung Sinjay. Kesuksesan Warung Sinjay mengakibatkan munculnya warung-warung baru dengan dengan menu utama: Bebek. Dan terbentuklah sebuah opini bahwa tak engkap ke Bangkalan jika tak mencoba bebek Sinjay yang tersohor itu.
Nah, disatu sisi, salak Bangkalan semakin pudar karena produksi terus menurun, disisi lain Bangkalan semakin terkenal (di daerah lain) selain karena Suramadu-nya juga karena bebek-nya yang maknyus itu.
Walhasil, penamaan alias atau julukan untuk Bangkalan adalah; apakah Bangkalan Is Kota Salak? Atau Bangkalan Is Kota Bebek?

Jumat, 03 Februari 2012

Selamat Pagi

Selamat Pagi, 
Selamat datang,
Salam Pagi,
Salam Bahagia,
Damai di Hati, Damai di Dunia ...