Bagi saya, Bangkalan seakan terbangun
dari tidurnya menjelang dibangunnya Jembatan Suramadu. Bangkalan kemudian
terlihat sibuk bersolek mempercantik diri seakan tersadar bahwa selama ini
Bangkalan sudah tertinggal jauh dengan kota-kota lainnya.
Geliat Kota Bangkalan, dimulai
dengan pemasangan lampu jalan disepanjang kota dan di jalan-jalan utama
kecamatan yang mengelilingi Kota Bangkalan. Gebrakan ini banyak mendapat
sorotan dari masyarakat Bangkalan, seperti untuk apa diberi lampu sebanyak itu,
kan boros listrik, percuma, proyek asal saja, dan lain-lain. Namun kemudian
setelah lampu-lampu kota itu berfungsi dan di suatu hari lampu kota itu padam
(mati lampu), maka masyarakat merasakan efeknya, lo, gelap sekali ya bangkalan,
kok ga idup-idup??. Waduh, bagaimana ini??
Langkah kedua yang dilakukan adalah
pembangunan jalan akses masuk Bangkalan menjadi dua ruas jalan dan pengadaan
trafick light di hampir setiap pertigaan atau perempatan jalan kota Bangkalan.
Berdirinya traffick light ini memang bisa mengatur lajunya lalu lintas kota, namun
pada beberapa titik malah menciptakan kemacetan baru. Namun setidaknya, ini
memberikan nuansa “kota” di Bangkalan. Bukankan Kota identik dengan macet?
Selanjutnya Alun-alun Kota
Bangkalan diberi pagar pembatas yang gagah dan Rehab Jembatan dengan gaya
sedikit klasik di sepanjang Kota Bangkalan., ini juga memberikan penilaian miring
dimata masyarakat. Untuk apa alun aluan diberi pagar, kan jadi susah kalau mau
masuk ke alun-alun. Untuk apa jembatan tidak rusak kok direhab?. Dan beberapa
tahun kemudian, Bangkalan sering menjadi sorotan media setelah Jembatan
Suramadu selesai, dan Pagar Alun-Alun kota Bangkalan selalu menjadi Ikon
pembuka di hampir setiap penayangan berita tentang Bangkalan.
Agenda Pembangunan selanjutnya
adalah pemindahan Pasar Baru Bangkalan dari pusat Kota ke daerah pinggir Kota.
Agenda ini mengakibatkan kehebohan besar di masyarakat. Hingga saat ini
efektifitas pemindahan masih dipertanyakan, namun, setidaknya pemindahan Pasar
ke daerah pinggir kota sudah sesuai dengan konsep dari sebuah Kota. Artinya
bangkalan ini sudah siap menjadi sebuah Kota, bukan Kabupaten Lagi.
Kemudian solek Bangkalan mengarah
ke area peribadatan. Masjid Agung (dulu Masjid Jamik) direhap menjadi masjid
yang cantik, begitu juga pada Masjid Syachona Kholil di Pemakaman Syachona
Kholil , masjid tersebut juga dirombak total menjadi masjid yang cantik dengan
sedikit beraroma kearab-araban. Mungkin ini sebagai konsekuensi dari sebutan
bahwa Bangkalan adalah kota Santri.
Masjid Agung Bangkalan |
Tempat Hiburan juga tidak luput dari agenda 'pengkotaan' Bangkalan dimulai dengan pembangunan TRK (Taman Rekreasi Kota) berupa taman bermain air dan kolam renang sehingga masyarakat Bangkalan tidak perlu ke Surabaya lagi untuk urusan berenang. selain itu, Bangkalan juga membangun stadion yang ciamik, standar nasional, dimana stadion yang bernama Stadion Gelora Bangkalan ini menjadi kebanggan masyarakat bangkalan. beberapa kali telah masuk di acara live televisi. namun sayangnya, Bangkalan malah belum punya kesebelasan (klub sepakbola ) kebanggan milik sendiri.
Stadion Gelora Bangkalan |
Selain itu pihak swasta juga
berperan dalam rangka mempercantik Bangkalan, seperti menjamurnya mini market
(Alfa Mart, Indomart, Family Mart dll), kemudian bertaburnya rumah makan dengan
menu (rata-rata) andalannya adalah
bebek. Bahkan di pusat kota (alun-alun) terdapat PUMARA (Pusat Makanan Rakyat) berupa gabungan dari PKL-PKL yang dulunya tersebar kini oleh pemerintah digabung dalam satu titik. sepertinya PUMARA bertujuan agar masyarakat lebih mudah dalam memilih makanan, dalam prakteknya masyarakat memang lebih mudah karena dalam satu tempat bisa memilih makanan sesuai selera. awalnya, kebijakan ini banyak diprotes oleh pedagang sendiri, karena omsetnya berkurang. namun seiring waktu PKL PUMARA tetap aja berjualan disana. ini seakan membuktikan bahwa roda ekonomi di PUMARA tetap berjalan.
Suasana PUMARA |
Pemanis terakhir adalah pembangunan
taman di titik-titik strategis yang menghasilkan kota Bangkalan menjadi cantik,
walaupun dibeberapa titik taman tersebut malah dijadikan lokasi ‘ngetem’ para
tukang becak.
Terlepas dari kontroversi yang
tercipta dari pembangunan Bangkalan, bagi saya Bangkalan akan terus melangkah
ke depan menjelma menjadi Kota seperti Kota – Kota lainnya
Permak Jembatan |
Suasana Kota |
Suasana Kota |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar